Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia, padahal di sisi lain masalah gizi buruk masih belum teratasi. Salah satu pemicunya, banyak warga lebih memilih rokok dan mengorbankan belanja bahan makanan bergizi.
"Ada data yang mengatakan rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin untuk beli rokok jauh lebih tinggi dibandingkan untuk belanja bahan makanan," ungkap Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Lapangan Lalu Lintas, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (31/5/2011).
Lebih lanjut menurut Menkes, sumber makanan bergizi seperti telur, sayur dan buah-buahan kadang tidak terbeli karena uangnya lebih diprioritaskan untuk membeli rokok. Hal ini tak hanya merugikan si perokok sendiri, tetapi juga keluarganya yang butuh asupan gizi yang layak.
Kondisi ini tentu sangat ironis jika dibandingkan dengan tingginya angka gizi buruk pada balita Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka gizi buruk masih tercatat 4,9 persen sementara target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah 3,6 persen.
Bahkan dibanding negara lain di Asia Tenggara, kondisi gizi balita di Indonesia bisa dibilang masih memprihatinkan. Jika negara lain sudah tidak ada yang menghadapi masalah balita kekurangan vitamin A, di Indonesia angkanya masih mencapai 9,8 persen pada tahun 2003.
Riskesdas 2010 juga mengungkap, 34 persen atau sekitar 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Angka ini meningkat jauh dari tahun 1995 yang hanya 34 juta, sementara World Health Organization (WHO) saat ini menempatkan Indonesia di urutan ke-3 negara dengan jumlah perokok terbanyak.
Tingkat kematian akibat lebih mementingkan rokok juga tidak bisa diremehkan. Data yang dirilis Komnas Pengendalian Tembakau tahun 2009 mengungkap, kondisi ini telah menyebabkan kematian pada sedikitnya 32.400 balita/tahun karena mengalami kurang gizi.
Like Fans Pages kami di http://www.facebook.com/pages/My-Bestfriend-Forever/
Follow juga twitter kami di http://twitter.com/Infonya1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar