Demo anti pemerintah yang makin memanas di Arab Saudi, diturunkannya peringkat utang Spanyol membuat bursa global berguguran.
Terjadinya gempa di Jepang yang mencapai 8,9 skala richter dan mengakibatkan Tsunami kian memperparah kejatuhan bursa Asia hari ini.
Sejak awal perdagangan bursa Asia memang telah mengalami koreksi seiring anjloknya indeks Dow Jones lebih dari 200 poin, dan gempa yang menggetarkan Jepang kian membebani bursa Tokyo dan bursa Asia lainnya.
Pada perdagangan Jumat (11/3) indeks harga saham gabungan Bursa Efek Indonesia ditutup anjlok 45,42 poin (1,27 persen) ke level 3.542,228. Indeks sempat merosot lebih dari 74 poin hingga ke level 3.513 pasca tersiarnya kabar gempa dan Tsunami di Jepang. Namun, disesi akhir perdagangan indeks mampu berbalik arah menguat sehingga penurunan kali tidak terlalu tajam.
Volume perdagangan mencapai 3,97 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 3,4 triliun, serta frekwensi kurang dari 85 ribu kali. Harga 171 saham turun, 50 saham anik, serta 64 saham lainnya stagnan. Dan investor asing mencatat penjualan bersih Rp 276,64 miliar.
Saham – saham yang mengganjal pergerakan indeks kali ini antara lain: Bumi Resources turun Rp 50 ke Rp 3.000, Bank Mandiir terkoreksi Rp 200 ke Rp 6.150, Astra International merosot Rp 1.900 ke Rp 54.400, Indo Tambang anjlok Rp 1.000 ke Rp 42.850, Astra Agro melemah Rp 650 ke Rp 22.050, serta Gudang Garam juga turun Rp 1.200 ke Rp 39.750 per saham.
Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang mengemukakan kepada Tempo, gempa yang melanda Jepang siang tadi dan menimbulkan Tsunami kian memperparah kejatuhan bursa Asia.
Bila gempa dan bencana Tsunami ini dampaknya cukup parah dapat mempengaruhi perekonomian Jepang dan negara berkembang lainnya. “Karena selama ini Jepang merupakan salah satu negara donor bagi pembangunan dibanyak negara,” paparnya.
Jika tidak terlalu parah tentunya justru bisa menjadi penggerak ekonomi Jepang, karena bisa menjadi momen untuk kembali menggerakkan perekonomian Jepang untuk membangun infrastruktur yang rusak.
Bagi bursa Jakarta dan bursa Asia lainnya sebenarnya hanya dampak psikologis saja dan temporer saja. Karena secara langsung tidak banyak berimbas terhadap perekonomian Indonesia dan negara Asia lainnya.
Masih menurut Edwin, ditengah jatuhnya bursa regional terkait gempa dan Tsunami yang menerjang Jepang bisa dimanfaatkan oleh para investor untuk melakukan akumulasi saham diharga yang rendah. Dan investor yang jeli, saat seperti ini menjadi peluang yang bagus untuk mengoleksi saham diharga murah.
Untuk pekan depang dia memprediksikan, secara teknikal indeks masih berpotensi mengalami tekanan jual dengan batas bawah di level 3.514, jika tembus akan menuju ke target berikutnya di 3.486. Namun bila menguat akan menuju ke batas atas 3.580.
Secara fundamental makroekonomi dan emiten domestik sebenarnya tidak ada masalah. Ekonomi domestik yang diperkirakan masih tumbuh diatas 6 persen, serta pertumbuhan laba emiten juga masih tetap terjaga bisa menjadi acuan bagi para investor agar tidak panik. Pelemahan bursa Jakarta sepanjang tahun ini karena faktor global dan investor tetap percaya diri berinvestasi dipasar finansial domestik seiring terapresiasinya rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar