Jumat, 04 November 2011

Hot, Pura - Pura Mati Dapat Mengusir Sial


Anda tengah menghadapi nasib buruk dan ingin memulai lembaran hidup baru yang lebih baik? Kuil Pram Manee di Provinsi Nakorn Nayok, sekitar 107 km timur laut Bangkok, Thailand, menyediakan satu solusi yang tak lazim: upacara "gladi resik" kematian, dengan upacara pura-pura penguburan, termasuk Anda harus berbaring di dalam sebuah peti keranda.

Kuil Pram Manee menggelar ritual seperti ini dua kali sehari, pada persis pukul 09.09 pagi dan pukul 13.09. Sengaja pakai unsur angka 9, karena angka itu dipercaya oleh orang Thailand, sebagai angka yang membawa keberuntungan.

Mereka yang ingin "buang nasib buruk" dan menjalani ritual unik ini, harus berdiri di depan peti-peti mati yang sudah disediakan, memegang kembang, dan berdoa agar nasib buruk berlalu, dan mereka diminta untuk menerima nasib baik.

Biaya ikut "pura-pura mati" cuma 180 baht atau senilai 6 dollar AS (sekitar Rp 51.000) untuk ganti bunga, selembar tutup putih dan satu set koleksi kebutuhan yang nantinya akan diserahkan pada para biksu, berupa odol, sikat gigi dan juga makanan. Dimaksudkan, agar mendapat kehidupan yang lebih baik.

"Pertama-tama, berdoa untuk dia yang (pura-pura) mati, untuk membasuh agar hal-hal buruk hilang. Nasib buruk itu akan menghilang, pada saat para biksu menarik selembar tutup putih itu dari atas peti mati," kata Rin Manaboom, seorang biksu kuil tersebut yang biasa memimpin ritual "pura-pura mati" tersebut.

Biksu itu pula, yang menutup peti mati dengan selembar tutup putih, dan menariknya kembali. Ibarat menarik hal-hal yang baik kembali masuk. Tapi, pertama-tama membuang nasib buruk jauh-jauh, dan kemudian memasukkan hal baik ke dalam peti.

Ketika si "pura-pura mati" berbaring di peti mati, para biksu melantunkan nyanyian doa. Setelah itu, mereka yang pura-pura mati itu seolah muncul dari tempat peristirahatan, dan diberkati dengan air suci oleh para biksu.

Krisda Netmanee, seorang pejabat polisi berusia 39 tahun, melakukan ritual itu untuk memulai kembali hidupnya, setelah mengalami serangkaian pekerjaannya yang tak menguntungkan. "Tahun ini nasib buruk menimpaku. Dan saya berada di sini untuk membasuh nasib buruk saya agar enyah, dan meminta berkat agar hal-hal yang baik datang," katanya.

Ada orang lain lagi, yang ternyata telah melakukan ritual "buang nasib buruk" itu secara berkala. Petani Ra Damthanin, misalnya, ternyata sudah melakukan ritual itu setidaknya enam kali dalam hidupnya, dengan harapan agar mendapat umur panjang.

"Saya berharap berumur panjang, bisa bersama anak-anak, tetangga dan saudara perempuan saya," ungkap petani berusia 62 tahun itu. "Saya sungguh ingin hidup lebih lama, sangat lama lagi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar