Remaja lebih bahagia dengan kehidupan virtual mereka daripada realita. Ini dikhawatirkan menciptakan generasi masa depan yang tidak berfungsi memandai di lingkungan sosial.
Berdasarkan studi lembaga Kidscape di Inggris, remaja kecanduan media internet karena mereka bisa bebas menjadi apapun yang mereka inginkan. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, remaja dengan mudah ‘lari’ dari tanggung jawab yang tidak terlalu dibebankan di media internet.
“Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak melihat dunia maya sebagai tempat yang berbeda dengan realita sehingga bisa mengeksplorasi prilaku dan kepribadian yang belum pernah muncul sebelumnya," kata psikoterapis Peter Bradley, Wakil Direktur Kidscape.
"Kita tidak bisa membiarkan dunia maya lebih membahagiakan bagi mereka. Ini bisa menciptakan generasi yang tidak berfungsi normal di masyarkat sosial,” tegasnya.
Penelitian dari 2.300 remaja berusia 11 hingga 18 tahun ini menemukan 45% dari mereka lebih bahagia untuk berinteraksi di media maya daripada kehidupan nyata.
Selain itu, menyangkut keamanan online, satu dari delapan remaja rutin berhubungan dengan orang asing di internet serta berbohong soal identitas, penampilan, usia dan latar belakang kehidupan mereka.
Laporan berjudul Virtual Lives ini menelanjangi sikap anak-anak zaman sekarang yang memanfaatkan internet serta mencari tahu kedekatan mereka dengan media online tersebut.
“Anda bisa mengatakan apa saja secara online. Anda bisa berbicara dengan siapa saja, bahkan dengan seseorang yang tidak pernah Anda ajak bicara di dunia nyata. Anda juga bisa mengubah gambar diri agar tampak lebih baik. Sederhananya, Anda bisa menjadi orang yang berbeda,” tulis studi tersebut.
Sekitar 47% remaja mengaku bahagia bisa berperilaku berbeda di media online daripada tingkah laku mereka di dunia nyata. Dunia internet membuat mereka memiliki kekuatan lebih dan percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar